Ternyata
mie instan, makanan murah yang digemari banyak anak kost dan para
pecinta mie di mana pun berada, dikaitkan dengan serangan jantung dan
diabetes. Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Nutrition
menemukan bahwa produk-produk mie instan dapat meningkatkan risiko
sindrom kardiometabolik - faktor risiko penyakit kardiovaskular dan
stroke yang parah - khususnya bagi perempuan.
“Penelitian ini penting karena banyak orang yang mengonsumsi mie instan tanpa mengetahui kemungkinan risikonya terhadap kesehatan,” ungkap pemimpin peneliti Hyun Joon Shin, MD, dalam siaran pers. Shin, salah seorang pakar kardiologi di Baylor University Medical Center sekaligus mahasiswa doktoral nutrisi epidemologi di Harvard School of Public Health, tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar lebih lanjut.
Untuk penelitian tersebut, peneliti melihat data dari 10.711 orang dewasa berusia antara 19 hingga 64 tahun, yang dikumpulkan melalui perwakilan nasional Korean National Health and Nutrition Examination Survey the 2007-2009. Mereka menemukan bahwa mengonsumsi mie instan - ramen, lo mein, bihun, Thai, atau lainnya - dua kali atau lebih dalam sepekan berisiko terkena sindrom kardiometabolik, gabungan kelainan yang memengaruhi kardiovaskular, ginjal dan sistem metabolik tubuh.
Meski penyebab spesifik masalah itu belum jelas, Shin mencatat bahwa penyebabnya mungkin berasal dari fakta bahwa kebanyakan mie instan dikemas dalam styrofoam, yang mengandung bisphenol A (BPA), yang dikenal sebagai pengganggu hormon - yang juga menjadi alasan mengapa perempuan lebih terpengaruh dalam penelitian tersebut. Namun produk makanan itu juga mengandung banyak bahan-bahan yang tidak sehat, termasuk MSG dan pengawet kimia butylhydroquinone-tersier (TBHQ), serta kandungan lemak jenuh yang tinggi.
Penelitian tersebut difokuskan pada orang-orang di Korea Selatan, karena negara tersebut, menurut Shin, memiliki jumlah konsumen mie instan tertinggi per kapita di dunia, dan karena dalam beberapa tahun terakhir masalah kesehatan di sana, termasuk penyakit jantung dan obesitas, kian meningkat. Namun penelitian itu tampaknya cukup relevan dengan konsumen di negara-negara lain yang memiliki tingkat penjualan mie instan tertinggi, menurut World Instant Noodles Association, yaitu Tiongkok, Indonesia, Jepang, Vietnam, India, dan Amerika Serikat.
Bukan untuk pertama kalinya mie instan menjadi hujatan publik. Pada 2012, tersebar video yang merekam bagian dalam saluran pencernaan, menunjukkan apa yang terjadi setelah mie ramen instan ditelan - dan itu tampak buruk. Perut harus bekerja keras, berjuang selama beberapa jam untuk mencerna mie yang mengandung TBHQ, yang dianggap sebagai biang keladinya. Beberapa tahun sebelumnya, pejabat kesehatan Malaysia mengeluarkan peringatan untuk tidak memakan mie instan karena mengandung bahan-bahan seperti pengental, penstabil, sodium dan pengawet yang kerap dikaitkan sebagai penyebab penyakit jantung, stroke dan kerusakan ginjal.
Nissin Foods, produsen mie ramen instan pertama di Jepang pada 1958 (dan perusahaan yang membawa Top Ramen ke AS pada 1972), tidak menanggapi permintaan dari Yahoo Health untuk memberikan komentar.
Intinya? Silakan saja konsumsi mie instan, tapi jangan berlebihan, karena dapat membahayakan kesehatan Anda.
SUMBER: http://bit.ly/1ps1rjF
“Penelitian ini penting karena banyak orang yang mengonsumsi mie instan tanpa mengetahui kemungkinan risikonya terhadap kesehatan,” ungkap pemimpin peneliti Hyun Joon Shin, MD, dalam siaran pers. Shin, salah seorang pakar kardiologi di Baylor University Medical Center sekaligus mahasiswa doktoral nutrisi epidemologi di Harvard School of Public Health, tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar lebih lanjut.
Untuk penelitian tersebut, peneliti melihat data dari 10.711 orang dewasa berusia antara 19 hingga 64 tahun, yang dikumpulkan melalui perwakilan nasional Korean National Health and Nutrition Examination Survey the 2007-2009. Mereka menemukan bahwa mengonsumsi mie instan - ramen, lo mein, bihun, Thai, atau lainnya - dua kali atau lebih dalam sepekan berisiko terkena sindrom kardiometabolik, gabungan kelainan yang memengaruhi kardiovaskular, ginjal dan sistem metabolik tubuh.
Meski penyebab spesifik masalah itu belum jelas, Shin mencatat bahwa penyebabnya mungkin berasal dari fakta bahwa kebanyakan mie instan dikemas dalam styrofoam, yang mengandung bisphenol A (BPA), yang dikenal sebagai pengganggu hormon - yang juga menjadi alasan mengapa perempuan lebih terpengaruh dalam penelitian tersebut. Namun produk makanan itu juga mengandung banyak bahan-bahan yang tidak sehat, termasuk MSG dan pengawet kimia butylhydroquinone-tersier (TBHQ), serta kandungan lemak jenuh yang tinggi.
Penelitian tersebut difokuskan pada orang-orang di Korea Selatan, karena negara tersebut, menurut Shin, memiliki jumlah konsumen mie instan tertinggi per kapita di dunia, dan karena dalam beberapa tahun terakhir masalah kesehatan di sana, termasuk penyakit jantung dan obesitas, kian meningkat. Namun penelitian itu tampaknya cukup relevan dengan konsumen di negara-negara lain yang memiliki tingkat penjualan mie instan tertinggi, menurut World Instant Noodles Association, yaitu Tiongkok, Indonesia, Jepang, Vietnam, India, dan Amerika Serikat.
Bukan untuk pertama kalinya mie instan menjadi hujatan publik. Pada 2012, tersebar video yang merekam bagian dalam saluran pencernaan, menunjukkan apa yang terjadi setelah mie ramen instan ditelan - dan itu tampak buruk. Perut harus bekerja keras, berjuang selama beberapa jam untuk mencerna mie yang mengandung TBHQ, yang dianggap sebagai biang keladinya. Beberapa tahun sebelumnya, pejabat kesehatan Malaysia mengeluarkan peringatan untuk tidak memakan mie instan karena mengandung bahan-bahan seperti pengental, penstabil, sodium dan pengawet yang kerap dikaitkan sebagai penyebab penyakit jantung, stroke dan kerusakan ginjal.
Nissin Foods, produsen mie ramen instan pertama di Jepang pada 1958 (dan perusahaan yang membawa Top Ramen ke AS pada 1972), tidak menanggapi permintaan dari Yahoo Health untuk memberikan komentar.
Intinya? Silakan saja konsumsi mie instan, tapi jangan berlebihan, karena dapat membahayakan kesehatan Anda.
SUMBER: http://bit.ly/1ps1rjF
0 komentar:
Posting Komentar